Mengenal Teknologi Energi Bersih: Inovasi Untuk Masa Depan
Mengenal Teknologi Energi Bersih: Inovasi Untuk Masa Depan – Energi listrik merupakan salah satu jenis energi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Selain itu, listrik juga menjadi faktor penting bagi kemajuan berbagai sektor seperti industri dan pembangunan infrastruktur suatu negara. Konsumsi listrik di Indonesia saat ini terus meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi. Pasokan listrik di Indonesia diperkirakan mencapai 120 GW pada tahun 2025. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong penggunaan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik.
Tenaga listrik di Indonesia saat ini didominasi oleh bahan bakar tidak terbarukan seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Jika hal ini terus berlanjut, ketersediaan bahan bakar tentu akan semakin langka sehingga berujung pada krisis energi. Sejumlah kebijakan telah diterapkan di berbagai daerah, salah satunya adalah menggalakkan energi surya sebagai sumber pembangkit listrik atau biasa disebut pembangkit listrik tenaga surya.
Mengenal Teknologi Energi Bersih: Inovasi Untuk Masa Depan
Pemerintah berencana untuk terus menggalakkan pengembangan energi terbarukan. Dari 587 GW kapasitas pembangkit energi terbarukan yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2060, 361 GW atau lebih dari 60% direncanakan berasal dari tenaga surya. Kemungkinan energi surya menjadi sumber energi utama di Indonesia dalam waktu dekat sangat menjanjikan. Hal ini juga memberikan manfaat yang signifikan karena selain mengurangi emisi global, penggunaan energi surya dapat menjadi solusi yang baik untuk menghadapi krisis energi di masa depan.
Mau Kerja Sambil Selamatkan Bumi? Green Jobs Jawabannya!
Pada dasarnya sifat pembangkit listrik tenaga surya adalah menghasilkan listrik pada siang hari. Mengingat sebagian besar wilayah Indonesia mengalami beban puncak pada malam hari, maka penggunaan PLTS untuk penggunaan malam hari sebaiknya memiliki fasilitas penyimpanan listrik. Unit atau modul PLTS terdiri dari panel surya, modul pengatur daya, baterai dan lampu, TV, pompa air, dan fasilitas pengguna lainnya. PLTS terbagi menjadi tiga sistem yaitu sistem on-grid, sistem off-grid, dan sistem hybrid.
Pertama, sistem on-grid dapat diartikan sebagai energi listrik yang diperoleh dari panel surya yang dialirkan ke jaringan PLN melalui kV meter EXIM (ekspor impor). Dengan menggunakan sistem ini, pelanggan menjual listrik yang diterimanya ke PLN dengan harga 65% dari harga yang biasa dibeli pelanggan dari PLN. Banyaknya penjualan dalam sebulan mengurangi hutang tagihan.
Kedua adalah jenis PLTS off grid, jika digunakan sistem ini maka listrik yang diperoleh dari panel surya digunakan untuk mensuplai beban rumah dan bila berlebih disimpan pada baterai. Sistem ini biasanya digunakan di wilayah yang tidak terjangkau jaringan listrik PLN.
Ketiga, sistem PLTS hybrid. Pada sistem ini, daya listrik bersumber dari PLTS dan PLN. Sistem hybrid terbagi menjadi dua yaitu hybrid offgrid dan hybrid ongrid. Perbedaan keduanya terletak pada ketersediaan kWh meter EXIM. kWh meter EXIM tidak diperlukan pada hybrid offgrid, meskipun diperlukan pada hybrid ongrid Daya yang didapat dari PLTS dialirkan ke beban. Jika masih ada sisa energi, digunakan untuk mengisi baterai. Sedangkan pada hybrid offgrid, jika listrik yang diambil dari panel cukup untuk beban dan baterai sudah penuh. akan ada sebagian energi yang tidak terpakai. Sedangkan pada jaringan hybrid, sisa daya yang diperoleh dari PLTS dimasukan ke jaringan PLN.
5 Teknologi Ramah Lingkungan Yang Berguna Untuk Kehidupan
Pemanfaatan energi surya sebagai sumber energi alternatif pembangkit listrik merupakan pilihan terbaik mengingat ketersediaannya yang tidak terbatas dan dapat diperoleh secara bebas dari alam. Perkembangan PLTS di Indonesia kini mencapai tren positif, apalagi dengan dukungan pemerintah melalui kebijakan yang ada.
Kapasitas Indonesia yang luar biasa menjadi salah satu alasan pemerintah mendorong penerapan kebijakan tersebut. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi tenaga surya sebesar 4,8 KWh/m2 atau setara 112.000 GWp. Namun pemanfaatannya hanya berkisar 10 MWp. Untuk itu, pemerintah kini telah merilis roadmap pemanfaatan tenaga surya dan menargetkan kapasitas terpasang PLTS sebesar 0,87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun pada tahun 2025. Angka tersebut menunjukkan potensi pasar yang sangat besar dalam pengembangan energi surya ke depan. 3 proyek utama pembangunan PLTS di Indonesia adalah sebagai berikut:
PLTS Atap merupakan pembangkit listrik tenaga surya yang panelnya dipasang di atap. Penerapan PLTS atap banyak digunakan pada bangunan industri atau bangunan perumahan. Sebagian besar dari Anda mungkin pernah melihat PLTS rooftop digunakan di pusat kota seperti gedung komersial atau kawasan pemukiman. Salah satu manfaat nyata dari penggunaan PLTS rooftop adalah dapat menghemat tagihan listrik bulanan. Tak heran jika banyak masyarakat yang mulai beralih menggunakan tenaga surya rooftop sebagai sumber energi listrik.
PLTS Atap merupakan salah satu proyek utama pemerintah Indonesia dalam mendistribusikan energi bersih di berbagai daerah. Mengenai penggunaan sistem PLTS konsumen atap PT PLN (Persero), Peraturan Menteri ESDM No. Tahun 2018. 49 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri ESDM Tahun 2021 No. Hal ini dibuktikan dengan adanya 26 promosi tersebut sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mendukung Perjanjian Paris untuk mewujudkan energi bersih dan mencapai target EBT 23% pada tahun 2025.
Aksiku Dengan Program Desa Energi Berdikari Menghasilkan Sustainable Energi Di Provinsi Banten
Selain PLTS Atap, proyek lainnya adalah pengembangan PLTS pentanahan skala besar untuk mendukung masifnya penggunaan energi surya di Indonesia. PLDS grounding atau ground-mounted adalah pembangkit listrik tenaga surya yang dibangun di atas tanah dengan menggunakan penyangga khusus yang menahan panel surya. PLTS ini dapat dihubungkan dengan jaringan listrik lain seperti PLN untuk memenuhi beban listrik.
Panel surya dapat dipasang dimana saja yang memiliki ruang terbuka dan paparan sinar matahari yang cukup. Sistem kerjanya, sinar matahari yang diterima diubah menjadi listrik DC dan dikirim ke inverter yang terletak di belakang panel surya. Instalasi PLTS di darat biasanya dibangun dengan ukuran panel 60 sel yang sama dengan yang digunakan pada instalasi panel surya rooftop. Saat ini, sistem PV surya bawah tanah skala besar yang digunakan di pembangkit listrik tenaga surya biasanya menggunakan panel surya 72 sel yang besar.
Proyek pengembangan PLTS lainnya di Indonesia adalah PLTS terapung. PLTS terapung merupakan salah satu model PLTS terpusat yang dapat mengapung di air antara lain laut, danau, waduk, dan lain-lain. PLTS terapung saat ini sedang diperkuat oleh pemerintah, salah satu contohnya adalah PLTS terapung di Sirata, Jawa Barat. Keunggulan PLTS terapung dibandingkan dengan PLTS terpusat jenis lainnya adalah tidak memerlukan lahan yang luas sehingga pemanfaatan lahan dapat ditingkatkan.
Berdasarkan laporan Kementerian ESDM, PLTS terapung ini diperkirakan lebih hemat dibandingkan PLTS konvensional yang ditempatkan di atap maupun di tanah. Peningkatan efisiensi ini diperoleh karena adanya penurunan suhu akibat proses pendinginan air di bawah sel surya saat terkena sinar matahari.
Mengatasi Krisis Iklim: Inovasi Untuk Masa Depan Bumi
Ketiga proyek tersebut saat ini menjadi prioritas pemerintah Indonesia untuk penggunaan energi surya yang lebih efisien. Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus mendukung penggunaan energi bersih untuk menjaga keseimbangan ekologi (EBT) yang kini menjadi sorotan, terutama dalam pembahasan perubahan iklim dan keberlanjutan. Ketika energi fosil semakin menipis dan berdampak negatif terhadap lingkungan, energi baru terbarukan (EBT) menjadi solusi dalam membentuk masa depan energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Hal ini mendapat respon positif dengan munculnya beberapa startup yang bergerak di sektor tersebut. Pada artikel kali ini, kita akan membahas peran kunci startup EBT dalam mewujudkan visi energi berkelanjutan.
Peran utama startup EBT adalah mempercepat transisi dari energi konvensional atau fosil ke energi bersih yang dihasilkan menggunakan sumber daya alam terbarukan seperti angin, matahari, dan air.
Turbin, panel surya, dan pembangkit listrik tenaga air adalah beberapa produk yang diproduksi dan dikembangkan oleh startup EBT.
Pemanfaatan Energi Terbarukan, Panel Surya Mengurangi Emisi
Startup EBT tidak hanya mengembangkan solusi baru, namun juga mengembangkan teknologi ramah lingkungan yang efisien dan terjangkau untuk membantu lebih banyak orang dan perusahaan bertransisi ke energi ramah lingkungan.
Peran utama startup EBT adalah berkontribusi terhadap pengembangan teknologi yang meningkatkan efisiensi energi. Mereka mengembangkan perangkat pintar, teknologi manajemen, dan sistem pemantauan energi yang membantu pengguna menghemat energi.
Misalnya, startup EBT telah mengembangkan solusi cerdas untuk rumah dan bisnis yang memungkinkan pengguna mengontrol penggunaan listrik, pendinginan dan pemanasan dengan lebih efisien dan menghemat uang.
Aspek yang sangat penting dari peran mereka adalah dampak positif startup EBT terhadap lingkungan. Dengan mengganti energi fosil dengan energi terbarukan, hal ini akan mengurangi pencemaran, kerusakan lingkungan, dan pencemaran akibat ekstraksi dan penggunaan bahan bakar fosil.
Mengenal Sumber Energi Yang Tidak Dapat Diperbarui Dan Contohnya
Selain itu, startup EBT berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati dan pemeliharaan ekosistem alam yang penting bagi keberlanjutan bumi. Mereka sering bekerja dengan organisasi lingkungan untuk mendukung proyek konservasi dan restorasi.
Meski energi baru terbarukan (EBT) berperan penting dalam pertumbuhannya, startup EBT juga menghadapi berbagai tantangan. Berikut tantangan yang dihadapi startup EBT:
Pada tahap ini, infrastruktur pendukung EBT seperti jaringan transmisi listrik yang memadai dan sistem penyimpanan energi yang efisien masih kurang.
Mahalnya biaya produksi energi baru terbarukan (EBT) masih menjadi tantangan karena energi fosil dinilai lebih murah jika dibandingkan energi konvensional. Sehingga membuat masyarakat kurang melirik EBT karena harganya yang lebih tinggi.
Pdf) Pemanfaatan Smart Technology Di Era Transisi Energi
Risiko investasi yang tinggi berarti EBT kurang mendapat dukungan dari lembaga keuangan dan menyulitkan startup energi baru terbarukan (EBT) untuk mendapatkan pendanaan.
Terlepas dari tantangan startup EBT, ada banyak contoh startup EBT yang sukses. Berikut ini contoh startup EBT yang sukses, antara lain:
Waste4Change merupakan startup EBT yang bergerak di bidang pengelolaan sampah berkelanjutan. Startup ini resmi didirikan pada tahun 2014 oleh Mohamed Bijaxana Junerosano. Mereka menyediakan layanan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan meminimalkan dampak negatif sampah terhadap lingkungan.
Startup ini bergerak di bidang energi listrik berbasis energi terbarukan. Sistem rumah surya Pico, panel surya, pompa surya, dll.