Laporan Konsumsi Energi: Mendorong Penggunaan Energi Terbarukan

Laporan Konsumsi Energi: Mendorong Penggunaan Energi Terbarukan – Subsidi pemerintah untuk bahan bakar fosil meningkat sebesar 30% antara tahun 2016 dan 2020, menurut laporan Institut Internasional untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Sebuah ekskavator memindahkan batu bara impor dari Kalimantan dari tongkang ke truk di Pelabuhan KCN Marunda, Jakarta Utara, Rabu (5 Januari 2022).

Laporan Konsumsi Energi: Mendorong Penggunaan Energi Terbarukan

Laporan Konsumsi Energi: Mendorong Penggunaan Energi Terbarukan

JAKARTA – Meskipun insentif bahan bakar fosil pemerintah Indonesia meningkat sekitar 30% dari tahun 2016 hingga 2020, insentif energi terbarukan justru mengalami penurunan. Situasi ini berarti bahwa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai tujuan energi terbarukan.

Bagaimana Asia Dapat Mencapai Transisi Energi Bersih? Contoh Dari 5 Negara

Demikian laporan International Institute for Sustainable Development (IISD) yang disampaikan pada diskusi online “Energy support Measures for Indonesia: Shifting support from fosilfuels to clean energy” pada Rabu (22/06/2022). Dari 78 dukungan atau insentif yang teridentifikasi karena keterbatasan data, hanya 29 yang dapat dihitung dalam studi ini.

Pengukuran dalam laporan tersebut mencakup minyak dan gas, listrik, batu bara, biofuel, energi terbarukan, serta kendaraan listrik dan baterai. Berdasarkan perhitungan, 94,1 persen insentif akan diberikan pada produksi dan konsumsi bahan bakar fosil, dan 4,97 persen pada biofuel. Di sisi lain, energi terbarukan hanya menyumbang kurang dari 1%.

Senior Policy Advisor dan Leader IISD Indonesia Lourdes Sanchez mengatakan, sejak tahun 2016 hingga 2020, peningkatan insentif (subsidi dan offset) bahan bakar fosil mencapai 30% atau sekitar Rp 246 triliun. Sementara itu, dukungan terhadap energi terbarukan justru mengalami penurunan dari Rp3 triliun pada tahun 2016 menjadi Rp2 triliun pada tahun 2020.

Salah satu penyebab utama berkurangnya insentif energi terbarukan adalah kenaikan feed-in tariff (kebijakan subsidi yang dirancang untuk membuat investasi energi terbarukan lebih menarik bagi investor).

Sli Energi Terbarukan.

“Pada saat yang sama, Indonesia sendiri perlu berinvestasi setidaknya Rp 500 triliun untuk mencapai target energi ramah lingkungan.” Sánchez, peneliti utama laporan tersebut, mengatakan: “Transisi dari energi fosil ke energi ramah lingkungan akan tercapai pada tahun 2060.” merupakan langkah penting dalam meningkatkan kapasitas energi terbarukan untuk mencapai tujuan nol emisi bersih (NZE) kami.”

Laporan tersebut juga menyebutkan, dalam kurun waktu tersebut, hampir 50 persen bantuan diterima oleh dua BUMN yakni Pertamina dan PLN. Pertamina menerima 24,6% sebagai kompensasi atas penjualan bahan bakar kepada masyarakat di bawah harga keekonomian. Sementara itu, PLN juga menerima 23,6% sebagai kompensasi tarif listrik di bawah pasar.

Sanchez menambahkan, dalam perkembangannya penggunaan batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sudah berkurang atau dikurangi. “Namun transisi energi ini juga harus mempertimbangkan nasib para pekerja pembangkit listrik tenaga batu bara. Kebutuhan mereka harus dipenuhi. Kita bisa belajar dari negara-negara tersebut,” ujarnya.

Laporan Konsumsi Energi: Mendorong Penggunaan Energi Terbarukan

Suasana dari sudut pembangunan Rencana Induk Pengembangan Kilang Minyak (RDMP) Kilang Pertamina Unit V Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (8 Januari 2022).

Membenci Sumber Energi Andalan

Andy Novianto, Deputi Direktur Jenderal Minyak, Gas, Pertambangan, dan Petrokimia Kementerian Koordinator Perekonomian, mengatakan perekonomian nasional akan tumbuh baik dan berkelanjutan jika tersedia pasokan energi yang memadai dan berkelanjutan. Kuantitas dan kualitas juga harus dijaga.

Ketahanan dan kemandirian energi nasional merupakan kondisi yang diinginkan oleh seluruh pemangku kepentingan. (Tetapi) kenyataannya banyak produk energi primer yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri dan harus diimpor. “Di sisi lain, kapasitas pembangkit listrik dalam negeri semakin meningkat untuk mengisi kesenjangan pemenuhan kebutuhan energi,” ujarnya.

Indonesia sendiri sangat berkomitmen terhadap pengembangan energi hijau, lanjut Andy. Opsi ini bukan opsional; ini wajib. Dalam transisi energi, peningkatan penggunaan energi terbarukan merupakan upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menstimulasi perekonomian nasional.

Upaya tersebut antara lain tercermin dengan menjadikan transisi energi sebagai salah satu dari tiga agenda utama Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022. Transisi energi terus digalakkan secara terencana, termasuk dengan meningkatkan akses terhadap teknologi dan keuangan. .

Pdf) Analisis Ketahanan Energi Di Indonesia

Hal ini dinilai semakin penting kaitannya dengan situasi dunia saat ini. “Dalam situasi geopolitik saat ini, Indonesia perlu melakukan diversifikasi energi melalui pemanfaatan energi panas bumi, bioenergi, ekosistem baterai, dan pengembangan energi ramah lingkungan di sektor ketenagalistrikan terus didukung,” kata Andy.

Indonesia menargetkan mencapai 23% energi terbarukan dalam bauran energi negara pada tahun 2025. Sementara menurut data Kementerian ESDM, pangsa energi terbarukan masih sebesar 12,2% hingga kuartal I-2022. Indonesia juga menargetkan mencapai NZE pada tahun 2060.

Filda C. Yusugiantoro, direktur Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), mengatakan keterjangkauan juga sangat penting dalam kaitannya dengan ketahanan energi. Pasalnya, saat ini belum ada kebijakan subsidi BBM secara langsung. Subsidi langsung kepada masyarakat miskin harus dilaksanakan.

Laporan Konsumsi Energi: Mendorong Penggunaan Energi Terbarukan

Selain itu, energi terbarukan juga harus terus dikembangkan karena memberikan manfaat yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. “Berinvestasi pada energi terbarukan dapat menciptakan lapangan kerja baru. Penting untuk mengelola inisiatif energi bersih, termasuk di bidang pendidikan dan kesehatan. Jangan lupa juga memasukkan aspek kesetaraan gender. “Tidak,” kata Filda.

Indonesia’s Journey Towards Zero Emissions: Perspektif Sejarah, Situasi Saat Ini, Dan Prospek Penurunan Emisi Di Masa Depan Di Indonesia

Thomas Kapral Henriksen, Kepala Departemen Energi Kedutaan Besar Denmark di Indonesia, juga menilai Indonesia bisa mengambil sejumlah opsi, termasuk memberikan subsidi langsung energi dan bahan bakar kepada warganya. Hal ini diyakini akan mengurangi beban APBN dan meningkatkan perekonomian nasional.

Ekonomi Energi Energi Terbarukan Minyak Energi Bersih Energi Baru Energi Terbarukan Energi Fosil Energi Fosil Transisi Energi Primer Berita Terkini Energi Hijau Harga minyak global melonjak hingga US$90, tertinggi sejak 2014. JP Morgan memperkirakan harga minyak akan mencapai US$120 per tahun. Jika terjadi perang Rusia-Ukraina. Selain faktor geopolitik, yakni kekhawatiran akan invasi Rusia ke Ukraina, kenaikan harga juga didorong oleh faktor fundamental yaitu terbatasnya pasokan dibandingkan permintaan global. Naiknya harga minyak tentu akan menambah beban subsidi energi seperti BBM, listrik, dan LPG yang harus ditanggung APBN [i].

Mengikuti tren harga minyak dunia, banyak harga bahan bakar non-subsidi di Indonesia yang mengalami kenaikan. Pada Sabtu, 12 Februari, Pertamina menaikkan harga BBM Pertamina Turbo (98RON), Pertamina Dex, dan Dexlite. Pertamina Dex dan Dexlite adalah nama pasar untuk solar tidak bersubsidi. [ii]

Produksi minyak Indonesia terus menurun selama enam tahun terakhir, menurut data Kelompok Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas). Produksi minyak bumi pada tahun 2016 sebesar 831.000 barel per hari, namun pada tahun 2021 turun menjadi 660.000 barel per hari. Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi minyak sebanyak 703.000 barel per hari. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengimpor sekitar 800.000 barel minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) per hari untuk memenuhi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nasional sebesar 1,4-1,5 juta barel per hari. [aku aku aku]

Kementerian Esdm Ri

Di sisi lain, kenaikan harga minyak dipastikan akan berdampak besar terhadap pemulihan perekonomian Indonesia pasca pandemi. Di sisi lain, kenaikan harga minyak mentah merupakan peluang untuk mempercepat transisi ke energi baru dan terbarukan.

Sejak tahun 1988, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendefinisikan perubahan iklim sebagai masalah yang umum terjadi pada seluruh umat manusia. Pada tahun yang sama, UNEP dan WMO membentuk Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) untuk memberikan panduan ilmiah yang diperlukan untuk mengambil tindakan lebih lanjut.

Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) keempat pada tahun 2007 menetapkan tingkat maksimum pemanasan global sebesar 2°C. Para ahli IPCC menganggap ambang batas ini sebagai batas adaptasi daya dukung bumi terhadap stabilisasi iklim. Kenaikan suhu global lebih dari 2 derajat Celcius diperkirakan akan membawa malapetaka bagi kehidupan generasi sekarang dan masa depan.

Laporan Konsumsi Energi: Mendorong Penggunaan Energi Terbarukan

Perjanjian Paris membebankan kewajiban hukum yang mengikat kepada Para Pihak berdasarkan komitmen sukarela untuk melaksanakan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional/NDC. Tujuannya adalah untuk membatasi kenaikan suhu global hingga kurang dari 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, dan berupaya menjaganya di bawah 1,5 derajat Celsius.

Keunggulan Dan Kelemahan Energi Angin

Bahan bakar fosil tidak hanya menyebabkan perubahan iklim, namun juga berkontribusi signifikan terhadap hilangnya keanekaragaman hayati dan polusi. Transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan merupakan langkah penting, dan standarisasi energi terbarukan bukanlah persoalan teknologi atau biaya. Bahan bakar fosil saat ini menyediakan sekitar 80% energi dunia dan 66% pembangkit listrik dunia, serta menyumbang sekitar 60% emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan perubahan iklim.

Menurut Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen, hasil Studi Kesenjangan Emisi UNEP menunjukkan bahwa sektor energi dapat mengurangi emisi tahunan sebesar 12,5 gigaton, yaitu sekitar seperempat dari total emisi tahunan dunia. Manfaat transisi energi tidak hanya mencakup perubahan iklim. Investasi dalam transisi energi menciptakan lapangan kerja tiga kali lebih banyak dibandingkan investasi serupa pada bahan bakar fosil. Misalnya, proyek modernisasi (retrofit) efisiensi bangunan dan konstruksi bangunan baru yang efisien menciptakan antara 9 dan 30 lapangan kerja untuk setiap $1 juta yang dibelanjakan. Menurut Inger, ini adalah pekerjaan yang paling menguntungkan di sektor energi, sekaligus menyediakan energi bersih dan efisien yang mengurangi polusi udara, meningkatkan pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas, dan banyak lagi. [v]

Perusahaan jasa profesional Ernst & Young (EY) menilai fokus pemerintah pada energi terbarukan dan proyek ramah lingkungan untuk mempercepat pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19 akan mengurangi emisi gas rumah kaca. Diperkirakan lebih dari 100.000 lapangan kerja langsung dapat diciptakan di seluruh dunia negara, sekaligus mengurangi jumlah karyawan. Selain itu, laporan EY menunjukkan bahwa sekitar 58.000 lapangan kerja dapat diciptakan di sektor konstruksi, sehingga membuka jalan untuk mempercepat pengembangan pembangkit listrik tenaga surya dan angin yang direncanakan.

Transisi menuju bentuk energi yang lebih ramah lingkungan telah dimulai di banyak negara. Secara global, sektor ketenagalistrikan telah mengalami kemajuan besar, dengan hampir semua pembangkit listrik baru dibangun dari sumber daya terbarukan. Namun, meskipun terdapat kemajuan pesat dalam inovasi teknologi dan penurunan biaya yang cepat, energi terbarukan dan teknologi efisiensi energi masih harus bersaing dengan teknologi energi intensif karbon yang disubsidi secara besar-besaran. Kebijakan dapat membantu menerapkan teknologi energi terbarukan dengan lebih cepat

Hemat Listrik Gaya Hidup Baru Untuk Energi Terbarukan

Artikel Terkait

Leave a Comment