Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Laut
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Laut – Indonesia sangat terkenal dengan pesona lautnya yang indah. Negara ini dikenal sebagai negara maritim di seluruh dunia. Luas wilayah maritim Indonesia mencapai lebih dari 5 juta kilometer persegi, menjadikannya negara kepulauan terbesar di dunia. Sebagai pusat maritim dunia, Indonesia mempunyai kekayaan laut yang luar biasa yang meliputi 80% daratan Indonesia. Memperingati Hari Maritim Nasional pada tanggal 2 Juli 2020, merupakan momen untuk lebih mensyukuri potensi sumber daya alam laut Indonesia yang begitu besar dan besar. Surga laut yang kaya dengan pesona luar biasa sebagai anugerah alam yang harus selalu dijaga kelestariannya. Bukan hanya untuk kita saja, tapi juga untuk generasi penerus kita agar dapat menikmati keindahan laut dan kekayaan kekayaan laut Indonesia.
Istimewanya bukan kekayaan dan keindahan laut Indonesia? Pertanyaan saya sangat retoris, tentu jawabannya iya. Apalagi jika mengingat kembali saat saya masih tinggal di Busan, teman-teman Korea saya sangat ingin ke Bali. Setelah saya berbagi cerita tentang pesona Pulau Lombok dengan air lautnya yang jernih, beberapa teman saya yang lain mulai tertarik untuk berwisata ke Lombok. Terumbu karang yang indah dan berwarna-warni, istimewa dengan segala pesonanya. Tak hanya Bali dan Lombok, masih banyak lautan lainnya di Indonesia yang masing-masing memiliki keindahan tersendiri. Apalagi laut Indonesia bagian timur, Raja Ampat, masih masuk dalam daftar yang wajib banget dikunjungi. Insya Allah suatu hari nanti, Amin.
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Laut
Laut nusantara membentang dari barat ke timur sepanjang lebih dari 5000 km. Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa perairan Indonesia mengandung 76% terumbu karang dunia dan 37% ikan karang. Keberadaan laut kepulauan memberikan kontribusi besar terhadap perikanan dunia dan menunjang perekonomian masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah pesisir.
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kehidupan Laut Jauh Lebih Besar Dari Perkiraan
Hasil laut berupa ikan merupakan sumber protein penting bagi masyarakat Indonesia, dengan 54% kebutuhan protein nasional berasal dari ikan dan hasil laut lainnya. Tak hanya itu, hebatnya laut Indonesia menyuplai sebanyak 10% kebutuhan perikanan dunia. Tidak hanya berperan penting dalam sektor perikanan, laut Indonesia juga menunjang pelayaran dan mempunyai potensi besar dalam bidang pariwisata.
Melihat map foto-foto wisata bahari di Lombok beberapa tahun lalu, saya semakin bernostalgia dengan semilir angin pantai, deburan ombak dan tentu saja vitamin laut yang sudah lama tidak saya konsumsi. Meski rencana sekembalinya ke Indonesia menikmati keindahan pulau dewata hanya sebatas wacana, hingga wabah covid-19 benar-benar usai. Kami berharap Indonesia segera menjadi lebih baik. Terus bertumbuh dan bergerak di masa-masa tidak ideal seperti saat ini bukanlah suatu hal yang mudah. Pilihan yang ada hanya sedikit, terus maju dengan mengikuti protokol kesehatan yang ada. Kedua, dengan bodohnya mengutuk situasi yang tidak akan berhasil jika Anda hanya berbaring sepanjang hari. Pilihan lainnya adalah dengan bersikap bodoh, pindah ke mana saja dan mengabaikannya karena bisa menjadi pembawa virus di mana-mana.
Tak terasa sudah hampir 4 bulan sejak Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan Covid-19 sebagai pandemi global. Sudah lebih dari 3 bulan saya menerapkan saran bekerja dari rumah. Kurangi aktivitas di luar ruangan dan bisa dihitung dengan jari selama seminggu 95% aktivitas saya ada di rumah. Social Distancing diterapkan untuk memutus mata rantai wabah Covid-19 dan saya yakin ini hanya efektif selama dua bulan hingga akhir Mei 2020. Setelah bulan Mei, nampaknya banyak orang yang berani keluar rumah karena pekerjaan mengharuskannya. . Banyak perkantoran yang juga kembali menerapkan work from office.
Pandemi covid-19 memberikan dampak yang signifikan dan dirasakan hampir di seluruh aspek kehidupan manusia. Namun di sisi lain, pandemi memberikan dampak positif terhadap daratan, termasuk lautan. Berkurangnya aktivitas manusia di luar ruangan, termasuk berkurangnya aktivitas industri, memberikan waktu bagi Bumi untuk beristirahat. Beristirahatlah sejenak dari laut, langit, hutan dan alam pada umumnya untuk menarik napas dalam-dalam.
Menakar Dampak Perubahan Iklim Terhadap Wilayah Pesisir Indonesia
Sebelum adanya pandemi Covid-19, keadaan laut dan ekosistemnya tentu terdampak dengan masuknya wisatawan ke berbagai tempat wisata bahari. Tentu saja wisatawan tidak bijaksana saat berwisata dan menimbulkan kerusakan. Terkadang ada wisatawan yang tidak sengaja merusak terumbu karang atau bahkan sembarangan membuang sampah. Menurunnya aktivitas wisatawan juga berdampak pada banyaknya sampah yang dihasilkan di tempat wisata.
Saat pandemi Covid-19 merebak, laut menjadi lebih bersih akibat penurunan tajam jumlah wisatawan. Dalam podcast #jagalaut bersama Perdana Menteri KBR, Direktur Desa Wisata Arbork Sis Gita Anastasia dan CEO Arbork Dive Shop Raja Ampat mengatakan, sejak adanya pandemi, jumlah wisatawan di Desa Wisata Arbork menurun drastis. Hal ini berdampak baik bagi laut Anda dapat melihat lebih banyak ikan dengan titik pergerakan ikan yang luas. Hiu juga terlihat bermain di dekat daratan. Kabar baik lainnya adalah terumbu karang juga bisa tumbuh dengan baik.
Tidak hanya itu. Besaran polusi suara atau suara kapal yang mengangkut wisatawan dan barang akan berkurang. Pengiriman kapal besar mengalami penurunan yang signifikan. Tumpahan minyak dari kapal wisata juga hilang selama pandemi. Lebih hebatnya lagi, Profesor Mohammad Zainuri, guru besar kelautan Undip, mengatakan di masa pandemi, konservasi mangrove semakin mudah dilakukan.
Namun pandemi Covid memberikan dampak buruk pada sektor maritim. Salah satunya adalah berkurangnya pendapatan dari kegiatan penangkapan ikan, khususnya bagi pengusaha kecil. Para perajin cinderamata juga mengalami kerugian besar akibat sepinya wisatawan dan terancam ditutup. Tak hanya itu, para pekerja pariwisata juga harus berpindah gigi untuk tetap mendapatkan penghasilan selama objek wisata sepi.
Perubahan Iklim Ancam Kelangsungan Hidup Hiu
Kak Gita mengatakan, masyarakat di desa wisata Arbork kembali belajar mencari uang dengan memancing atau berkebun. Hasil penangkapan ikan mereka sangat melimpah. Selalu ada hal baik yang hilang di masa ekonomi sulit. Hubungan sosial antar penghuni resor wisata Arbork membaik karena sebelum pandemi masyarakat lebih fokus pada wisatawan dan tidak memiliki banyak waktu untuk berbincang.
Menurunnya jumlah wisatawan di kawasan wisata juga berdampak buruk pada hadirnya illegal fishing yang kembali marak di laut dan perairan sekitarnya, menurut informasi dari Persatuan Perdagangan Wisata Selam Indonesia (PUVSI). Hal ini disebabkan kurangnya aktivitas dan rutinitas di lokasi penyelaman sehingga aktivitas penangkapan ikan destruktif semakin meningkat. Penangkapan ikan secara ilegal sangat merugikan dan merusak ekosistem laut, sehingga perlu adanya kampanye di kalangan masyarakat dan pengawasan yang cermat.
Dampak positif ekosistem laut dan perairan nusantara di tengah pandemi menjadi sinyal baik untuk mencegah perubahan iklim. Perubahan iklim saat ini berdampak besar terhadap kelestarian ekosistem laut. Beberapa permasalahan kelautan yang terkait dengan perubahan iklim antara lain:
Kenaikan muka air laut disebabkan oleh peningkatan suhu permukaan laut seiring dengan mencairnya es glasial dan kutub. Tentu saja permasalahan ini turut berkontribusi terhadap dampak perubahan iklim. Letak Indonesia yang berada di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia juga menyebabkan terjadinya perubahan kenaikan muka air laut (El Nino).
Menyoroti Dampak Perubahan Iklim Di Berbagai Bidang
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memperkirakan kenaikan permukaan air laut akan mencapai 44 hingga 47 cm. Kenaikan muka air laut di pesisir utara Pulau Jawa mencapai 5 mm per tahun. Dampak kenaikan muka air laut dapat berupa banjir yang disebabkan oleh pasang surut air laut (tidal wave), serta infiltrasi air laut ke perairan permukaan dan akuifer bawah tanah serta hilangnya habitat ikan, tumbuhan, dan burung.
Pesisir terletak pada wilayah yang berada di bawah permukaan laut, sehingga menjadikan wilayah pesisir lebih rentan terhadap banjir atau gelombang pasang. Potensi penurunan permukaan pantai mengancam hampir seluruh wilayah pesisir Indonesia sehingga menyebabkan potensi penurunan permukaan tanah di lebih dari 100 wilayah/kota di pesisir pantai Indonesia. Pada tahun 2018, sekitar 31% wilayah Pekalogan terendam air laut secara permanen dan mengalami penurunan permukaan tanah sebesar 1 hingga 20 cm setiap tahunnya.
Perubahan iklim menyebabkan suhu bumi meningkat, dan penelitian menunjukkan bahwa ekosistem laut lebih sensitif terhadap perubahan suhu. Laju pemanasan suhu laut dalam kurun waktu terakhir tahun 1987 hingga 2019 mencapai titik mengkhawatirkan dan meningkat 4,5 kali lebih cepat. Rata-rata suhu laut pada tahun 2019 mencapai 0,075 derajat Celcius di atas rata-rata tahun 2019-1981.
Karang merupakan organisme laut yang paling sensitif terhadap perubahan suhu. Terumbu karang memutih bahkan dengan sedikit perubahan suhu. Pemutihan karang memperlambat pertumbuhan karang, membuatnya rentan terhadap penyakit dan menyebabkan kematian dalam skala besar. Dengan luas hampir 50.000 kilometer persegi atau 18% dari luas terumbu karang dunia, Indonesia merupakan bagian dari segitiga terumbu karang dunia. Kabar baiknya, Kak Gita juga mengatakan tidak terjadi pemutihan massal, namun masih terjadi pemutihan karang di beberapa titik sekitar Raja Ampat.
Konservasi Alam Di Zona Kutub: Menghadapi Ancaman Perubahan Iklim
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia yang mencapai 99.093 km. Pesisir Indonesia juga merupakan rumah bagi padang lamun terbesar di dunia. Namun garis pantai ini berpotensi rusak akibat erosi air laut. Prof Zinuri mengatakan, Perubahan garis pantai sekitar 2,6 kilometer menyebabkan tenggelamnya sekitar 3 desa di wilayah Demak. Bendungan dibangun di Pekalongan, Semarang, Demak dan Jepara untuk mengantisipasi terjadinya gelombang pasang dan mencegah banjir kembali ke pesisir pantai.
Karena besarnya dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut, kita perlu mengambil tindakan dengan menjaga #gerakan laut dan meminimalkan dampak perubahan iklim. Ada banyak hal sederhana yang bisa kita lakukan di rumah untuk mulai melakukan gerakan besar.
Sampah plastik membutuhkan waktu lama untuk terurai sempurna. Oleh karena itu, sangat perlu untuk terus mendukung gerakan tanpa kantong plastik, dan hal ini telah diterapkan pemerintah DKI Jakarta sejak 1 Juli 2020. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak sampah plastik
Selain mengurangi penggunaan sampah plastik, budidayanya juga sangat perlu dilakukan